(untuk postingan ini lebih pendek daripada yang di atas-atas, soalnya emang lebih singkat ceritanya)
H+2, masih di Bandung, tapi pulang ke Pamulang pas siangnya, soalnya masih pengen lebaran ke sodara-sodara yang ada Jakarta dan sekitarnya. Maka dari itu, kami pun pamit kepada ua, sepupu, dan nenek tercinta.
Kami start dari Bandung ke Pamulang sekitar pukul 10 pagi. Perjalanan sangat lancer, tol Cipularang dan Cikampek lancer, tak ada rintangan yang menghadang. Maka dari itu, kamipun sampai di Jakarta (bukan Pamulang) sekitar jam 12 siang.
Sebelum ke rumah sodara yang terletak di Pamulang 2, kami mampir dulu di rumah kami tercinta, untuk menurunkan barang-barnag yang menumpuk di bagian bagasi (atau apa pun itu, karena Kijang tidak punya bagasi). Setelah menurunkan semua barang dan shalat, kami pergi lagi ke rumah sodara pada pukul 1 siang.
Hanya setengah jam kami tempuh untuk sampai ke sana. Setelah sampai, kami langsung bersalaman dan bermaafan dengan berbagai macam anggota keluarga yang ada di sana, mulai dari yang kecil sampe yang udah tua (maksudnya kakek nenek). Setelah bersalaman, aku langsung menyerbu pusat kekuatan mereka, meja makan, di mana telah tersedia kari ayam, lontong, daging kornet yang kayak rolade, kerupuk khas Cirebon, dll.
Setelah puas makan minum, aku mulai ngobrol dengan beberapa sodara. Kebanyakan yang kuajak ngobrol adalah om-omku, karena beberapa sepupu sedang mudik ke daerah lain. Dari ngobrol itu, kutau bahwa kakekku sedang mendalami sejarah Indonesia, khususnya tentang Soekarno dan Soeharto (hubungan antara mereka berdua). Kakekku juga menawarkan sebuah proyek sejarah. Aku diajak untuk membuat silsilah keluarga besar kami, mulai dari para leluhur sampai ke bagian sepupuku yang paling kecil.
Di sana lah aku mengagumi kakekku. Ia sangat rajin mencatat berbagai macam hal yang berhubungan dengan keluarga. Yang ia tunjukkan padaku adalah silsilah keluarga (sangat) besar, daftar ulang tahun, dan komentarnya mengenai ayahnya. (Wah, patut ditiru nih!)
Setelah beberapa saat ngobrol, aku mulai bosan. Akhirnya, kukeluarkan senjata rahasia andalanku, kamera. Aku mulai memfoto sepupu-sepupuku yang masih kecil dan lucu (dan imut pula). Tidak hanya sepupuku, aku juga memfoto hampir seluruh anggota keluarga yang hadir pada saat itu. Tapi, resikonya, aku hampir tidak pernah muncul dalam foto. (he..he..he.. resiko dari jaman baheula!)
Ba’da Maghrib, setelah shalat dan makan malam, kami pun berpamitan dengan semua orang di sana, dengan alasan capek setelah perjalanan dari Bandung. Dalam waktu singkat, kami pun bersantai di rumah kami tercinta.
Sunday, October 12, 2008
0 comments:
Post a Comment