Hari Jum'at, 5 September 2008, adalah hari biasa, hari yang penuh dengan kegiatan dan aktifitas yang biasa. Mungkin sebagian besar orang berpikir seperti itu, tapi aku tidak. Why? Mau tau kenapa?
Awalnya, aku berpikir bahwa itu adalah hari yang sangat baik, karena aku menjalankan bisnis bersama Irene Adler. Aku tidak mempunyai firasat apa-apa tentang yang akan menimpaku pada siang harinya.
Ketika pulang sekolah, aku mengambil sepeda yang kuparkir di tempat parkir sepeda (ya iya lah, masa mau parkir di hangar pesawat). Ketika kumengambil sepedaku, aku menyadari bahwa sesuatu yang aneh terjadi pada sepedaku. Setelah kuperiksa, ternyata betul ada yang aneh pada sepedaku. Ban depannya kempes, kempes sama sekali. Padahal, bannya baru kupompa sehari sebelumnya.
Lantas, kumarah-marah karena ban itu. Akhirnya aku meminta izin pada Watson yang katanya mau menunggu di sekolah. Setelah itu, aku membawa sepedaku ke tempat Tambal Ban yang berada di dekat sekolahku.
Ketika sampai di sana, sang tukang tambal ban mengatakan bahwa banku sudah rusak, di bagian pentilnya. Ia menyuruhku untuk mengganti bannya, tapi tidak segera kuturuti karena aku tidak tahu tempat untuk mengganti banku yang rusak.
Akhirnya kubawa lagi sepedaku yang rusak itu ke tempat isi pulsa, karena memang aku sudah niat unutk isi pulsa hari itu. Setelah isi pulsa, aku kembali ke sekolah untuk menemui Watson yang katanya mau nungguin.
Setelah ketemu Watson, aku diajaknya untuk menemui Mary Morstan. Setelah beberapa lama, kami pun pulang dari sekolah. Kami semua mengambil jalan yang berbeda, karena memang rumah kami berada pada jalan yang berbeda.
Setelah berjalan beberapa lama (bukan beberapa tapi sangat lama!!!!), aku sampai di turunan yang terdapat di komplek perumahan tempat kutinggal. Kucoba kunaiki sepedaku yang bannya kempes itu, karena aku sudah kecapekan membawa sepedaku.
Ketika menuruni turunan tersebut, tiba-tiba, sepedaku tergelincir dan aku pun terlempar jatuh dari sepeda. Dan tidak hanya itu, aku juga terbawa oleh tasku yang sangat berat, yang menyebabkanku terseret jauh. Itu menyebabkanku mendapatkan luka di kedua lututku.
Kejadian ini memakan korban (casualties), yaitu:
1. Kedua Lututku
2. Sepedaku, yang akhirnya rusak berat
3. Celanaku, bagian lututnya rusak parah (bukan robek tapi bolong)
Saturday, September 06, 2008
0 comments:
Post a Comment