MABIS (Masa Bimbingan Studi) (hari ketiga)

on 6:00 PM

Wih, di hari ketiga sekaligus hari terakhir ini, capek banget man (or woman)! Melebihi hari-hari sebelumnya. Hari ini kita harus nge-handle semua game yang mereka (kelas 7 mainin). Dan yang lebih pasti, aku mesti keliling-keliling lagi, bahkan terasa lebih berat, karena selain harus bawa tas yang isinya (sangat) berat, jarak yang ditempuh (jika harus dijumlah semua) lebih jauh dari hari-hari biasa.

Pagi hari, masih biasa. Tapi, pagi hari inilah, awal dari penderitaanku. Dengan upacara bendera yang dilaksanakan pagi hari tersebut, suaraku habis, karena harus baca pembukaan UUD 1945 dengan keras selama tiga hari berturut-turut. Parah gak tuh?

Nah, abis itu masih gak apa-apa, soalnya belum menderitakan diriku yang sudah sengsara ini (alah, puitis amat). Sesudah istirahat, dimuali lagi game untuk mereka (kelas 7). Nah, mulai dari situ, aku menyadari bahwa suaraku ini mulai menghilang (atau apalah namanya). Parah gak tuh?

Nah, istirahat kedua, aku hijrah dari kelas 7.1 ke kelas 7.9, untuk mengecek keadaan kelas-kelas tersebut. Nah, ketika perjalanan hijrahku sudah selesai, kukembali ke salah satu tempat persinggahanku, kelas 7.8. Aku tuh hinggap di situ karena gak sengaja ngelihat si Astri nangis. Penasaran, ku masuki kelas tersebut. Akhirnya, kuputuskan untuk singgah di kelas itu.

Ajie pun datang. Kami semua (Ajie, aku, dan anak kelas 7.8) terlibat dalam sebuah game “Kakak Berkata” (game dari Pak Minar lho). Lalu, dilanjutkan dengan game “Sambung Kata,” permainan andalan anak OSIS, dengan Hafiz The Master. Nah, di game itu, aku menemukan sesuatu yang sangat menarik perhatianku, yang membuatku betah di kelas itu, yaitu sebuah harta karun. Sayang tidak bisa kukatakan apa isi dari harta karun tersebut, karena harta tersebut berkaitan dengan rahasia negara.

Setelah itu, aku mesti hijrah lagi dari 7.8 ke 7.9, lalu ke kelas-kelas lainnya, untuk memberitahukan untuk melakukan absen yang terakhir. Nah, itu menambah penderitaanku lagi, karena aku harus berjalan, naik turun tangga, sambil membawa tas yang sangaat berat.

Di game yang terakhir (banget), aku sudah mulai kehilangan suaraku. Nah, itu dia yang sangat menyulitkanku, karena aku hamper susah berkomunikasi dengan yang lain, termasuk Bu Eva. Parah gak tuh?